Berlimpah Sumber Daya, KPHP Berau Barat Siap Dorong Pemanfaatan Biomassa untuk Energi Berkelanjutan

BERAU- Di tengah gejolak harga LPG 3 kg yang terus meningkat, Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Berau Barat memperkenalkan solusi alternatif dengan mendorong penggunaan biomassa berupa arang kayu sebagai sumber energi rumah tangga. Langkah ini dinilai sebagai transformasi energi yang lebih berkelanjutan dan memanfaatkan potensi biomassa yang melimpah di Kalimantan.
Guru Besar Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Prof. Dr. Rudianto Amirta, menegaskan bahwa ketergantungan pada gas LPG saat ini menjadi beban besar bagi subsidi pemerintah. Subsidi energi untuk rumah tangga dinilai tidak akan berkurang, justru semakin meningkat seiring naiknya harga impor gas.
Menurutnya, pemanfaatan biomassa seperti arang kayu merupakan langkah strategis yang sejalan dengan pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT).
“Kita memiliki kelimpahan sumber daya biomassa yang selama ini kurang dimanfaatkan. Dengan teknologi yang tepat, arang bisa menjadi alternatif energi yang lebih stabil dan ramah lingkungan,” ujar Rudi, Rabu (12/2/2025).
Salah satu inovasi yang diperkenalkan adalah penggunaan kompor arang modern, yang dirancang agar dapat digunakan sebagaimana kompor minyak tanah atau gas. Proses penggunaannya pun sederhana, menghasilkan panas yang stabil, dan tidak memerlukan tiupan seperti kompor arang tradisional.
Selain untuk keperluan rumah tangga, arang kayu juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Rudianto mengungkapkan bahwa produk arang dan turunannya, seperti pewarna, kosmetik, hingga baterai arang, memiliki permintaan besar di pasar ekspor, terutama dari Jepang dan Korea. Bahkan, saat ini beberapa negara seperti Belanda dan Kanada membutuhkan ratusan ton arang per bulan.
Untuk mengoptimalkan potensi ini, KPHP Berau Barat mendorong pengembangan usaha komunal berbasis arang kayu di desa-desa. Konsep ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan skema pemberdayaan ekonomi berbasis perhutanan sosial (PS).
“Di desa-desa sekitar hutan, kemiskinan masih tinggi. Dengan skema komunal, masyarakat bisa mengelola dan memanfaatkan hutan secara berkelanjutan tanpa merusaknya,” ungkapnya.
Selain sebagai sumber energi alternatif, produksi arang kayu juga dapat menjadi sumber Pendapatan Asli Desa (PAD).
“Jika empat desa mampu memproduksi masing-masing 20 ton arang, kita bisa menghasilkan 80 ton. Separuhnya untuk kebutuhan lokal, dan sisanya untuk ekspor,” ujarnya.
Inisiatif ini juga didukung oleh Pemerintah Kabupaten Berau. Dikatakannya, Bupati Berau siap memberikan dukungan penuh agar teknologi pembuatan arang kayu ini lebih modern dan efisien.
Sebagai langkah awal, KPHP Berau Barat telah mengadakan 449 unit kompor arang untuk KUPS-KUPS yang ada di wilayah kerja KPHP Berau Barat. Harapannya, masyarakat bisa mencoba dan merasakan manfaatnya langsung, sehingga ke depan bisa beralih ke energi yang lebih mandiri dan berkelanjutan.
Dengan inovasi ini, Berau berpeluang menjadi pusat bisnis arang di Kalimantan dan bahkan Indonesia. Jika berhasil, konsep ini dapat menjadi model bagi daerah lain dalam mengembangkan energi alternatif berbasis hutan secara berkelanjutan.
Sementara itu, Kepala KPHP Berau Berat, Azhar Rudianto menyebut program pemanfaatan biomassa berupa arang tersebut sesuai dengan asta cita Presiden RI, Prabowo Subianto yang salah satunya adalah memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui energi.
Program Perhutanan Sosial (PS) yang selama ini dijalankan oleh masyarakat sekitar hutan, dapat berjalan beriringan dengan hal ini, bahkan dapat menambah sumber pendapatan bagi masyarakat sekitar PS.
“Jadi tidak hanya berbicara PS saja, tetapi dari situ kita bisa membawa keberlanjutan dan kesejahteraan untuk masyarakat desa. Ada nilai-nilai positif lainnya yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat itu sendiri,” pungkasnya. (ndp)