Naladwipa
Beranda News Hujan dan Tanah Berpasir, Kombinasi Penyebab Longsor di Jalan Poros Tanjung Batu

Hujan dan Tanah Berpasir, Kombinasi Penyebab Longsor di Jalan Poros Tanjung Batu

BERAU- Hujan dengan intensitas sedang yang mengguyur Kabupaten Berau selama beberapa hari terakhir membawa dampak serius bagi infrastruktur jalan. Salah satu titik yang terdampak adalah ruas Jalan Poros Pulau Derawan, tepatnya sekitar 20 kilometer dari Kampung Tanjung Batu. Longsor yang terjadi di kawasan ini mulai menimbulkan kekhawatiran, terutama bagi para pengguna jalan yang melintasi rute tersebut.

Penjabat Pembuat Komitmen (PPK) Penanggungjawab Jalan Nasional (PJN) Provinsi Kalimantan Timur, Kuntiadi, menanggapi serius kondisi ini. Dia mengaku bahwa longsor di beberapa titik jalan tersebut baru belakangan ini mencapai tingkat kerusakan yang parah.

“Memang ada beberapa titik longsor, namun sebelumnya kondisinya belum separah sekarang. Kemungkinan hujan dengan intensitas tinggi dalam beberapa hari terakhir memperparah kerusakan,” jelasnya.

Meskipun demikian, pihaknya telah mengambil langkah awal untuk mengamankan area tersebut. Kuntiadi mengatakan bahwa tanda peringatan telah dipasang agar pengendara lebih berhati-hati.

“Kami sudah melakukan pengamanan sementara. Tanda-tanda bahaya dipasang agar pengendara tahu ada jalan rusak di sana dan dapat menurunkan kecepatan,” tambahnya.

Kerusakan ini, menurut Kuntiadi, disebabkan oleh kondisi tanah di kawasan tersebut yang berpasir, sehingga mudah mengalami pergeseran ketika terkena air hujan dalam intensitas tinggi.

“Struktur tanah berpasir sangat rentan terhadap longsor, terutama jika hujan turun terus-menerus. Penyebab utamanya adalah air yang meresap dan melemahkan tanah,” ungkapnya.

Sejauh ini, delapan titik jalan di kawasan tersebut telah teridentifikasi sebagai daerah yang rawan longsor. Salah satu titik terparah adalah di sekitar Kampung Tanjung Batu, yang kini masuk dalam skala prioritas untuk dilakukan perbaikan. Kuntiadi menjelaskan bahwa pihaknya telah mengusulkan perbaikan pada tahun 2025.

“Semua titik longsor itu sudah kami identifikasi dan kami prioritaskan untuk perbaikan. Tapi, tentu saja, kami berharap semuanya bisa terealisasi lebih cepat karena ini adalah jalan nasional,” sambungnya.

Bagi masyarakat Berau, khususnya pengguna jalan, longsor ini tidak hanya menjadi masalah infrastruktur tetapi juga risiko keselamatan. Kondisi ini menjadi pengingat akan pentingnya pemeliharaan infrastruktur di tengah kondisi alam yang tidak menentu.

Kini, upaya perbaikan jalan tersebut masih menjadi penantian. Sementara itu, Kuntiadi optimistis bahwa dengan kerja sama berbagai pihak, perbaikan dapat segera dilakukan.

“Semoga tahun ini bisa diatasi. Kami sudah menyampaikan usulan, tinggal menunggu langkah selanjutnya,” pungkasnya.

Hujan boleh berhenti, tapi harapan masyarakat akan akses jalan yang aman tak pernah surut. Semoga solusi terbaik segera hadir untuk Berau. (Yudistira/Redaksi)

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan